Search

Mahasiswa Ngganja, Bagaimana Lingkungannya? - Jawa Pos (Siaran Pers) (Blog)

KEDIRI KOTA – Apa yang menyebabkan Andy Setyo Ajianto, 20, terjerumus penyalahgunaan narkoba? Bahkan mahasiswa semester III asal Desa Gedangsewu, Kecamatan Pare ini terlibat dalam bisnis terlarang tersebut. Ternyata, pemuda yang kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta (PTS) Kediri ini terpengaruh lingkungan pergaulannya.

          Hal itu terungkap dalam pengakuan Andy tatkala memberikan keterangan kepada penyidik Polsek Kediri Kota. “Saat diperiksa, tersangka mengaku mulai menggunakan ganja karena terpengaruh lingkungan pergaulannya,” ungkap Kanitreskrim Polsekta Kediri Iptu Widodo.

Hanya saja untuk keterangan lebih lanjut terkait ‘pergaulan’ yang dimaksud, Widodo enggan mengungkapkan. Alasannya, hal tersebut masih dalam ranah penyidikan polisi.

Sedangkan motif mengisap ganja, kepada petugas Andy mengatakan, untuk menghindar sejenak dari berbagai permasalahannya. Efek ganja yang dapat membuat pemakainya ‘melayang’ ini menjadi pelarian ketika memiliki masalah.

Namun tak cukup hanya memakai, ujung-ujungnya Andy pun mencoba untuk ikut berjualan. Keuntungan dari bisnis gelap itu dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Kediri menyebut, sistem penjualan ganja berbeda dengan jenis narkoba lainnya. “Ada perbedaan harga tergantung kualitas ganja,” terang salah seorang anggota polisi yang enggan disebut namanya.

Menurut dia, sebenarnya yang dikonsumsi adalah daun ganja. Akan tetapi ada pula yang mencampurkan batang dengan daunnya. Jika merupakan ganja murni berupa daun saja dan siap pakai (kering), harga makin mahal. Ini berbeda dengan ganja campuran. Meski beratnya lebih besar, harganya bisa lebih murah.

Makanya, dengan jenis narkoba lain seperti dobel L atau sabu-sabu, harga ganja beda. Sebab kuantitas barang menentukan harga.

Dalam kasus Andy, ia menjual 10 gram ganja dengan harga Rp 200 ribu. Sedangkan 70 gram ganja dengan harga Rp 500 ribu. Ini karena 10 gram ganja yang dikemas dalam wadah plastik kecil merupakan ganja daun dan siap pakai, sehingga harganya lebih mahal. Sementara paket satunya yang ada campuran batang di dalamnya lebih murah. Andy sendiri mendapat keuntungan Rp 200 ribu dari penjualannya.

Selain barang bukti ganja, polisi juga mengamankan handphone (HP), buku rekening serta kartu ATM-nya, resi pengiriman, serta uang sisa penjualan sebesar Rp 450 ribu. “Sebagian uang sudah dipakai untuk keperluan pribadinya,” ungkap Widodo.

HP Andy juga disita karena melalui telepon seluler (ponsel) itu Andy berkomunikasi dengan penjual ataupun pembeli melalui media sosial (medsos) Instagram. Widodo mengatakan, selain dengan medsos tersebut tak ada sarana (aplikasi) lain yang digunakan Andy untuk bertransaksi. Saat ini petugas masih melakukan pengecekan terhadap akun tersebut.

Sedangkan untuk rekening dan ATM adalah sarana yang digunakan Andy untuk transfer sekaligus menarik uang transferan pembeli. Rekening ini pun dapat digunakan polisi untuk menelusuri jejak transaksi Andy. “Ya nanti arahnya ke sana,” pungkas Widodo.

(rk/yi/die/JPR)

Let's block ads! (Why?)


Baca Kelanjutan Mahasiswa Ngganja, Bagaimana Lingkungannya? - Jawa Pos (Siaran Pers) (Blog) : http://ift.tt/2ucZvKU

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Mahasiswa Ngganja, Bagaimana Lingkungannya? - Jawa Pos (Siaran Pers) (Blog)"

Post a Comment

Powered by Blogger.